UIN Makassar 6 Bulan Kuliah Online, Pedagang Sekitar Kampus Meradang
alanbantik-Demi mencegah penyebaran virus Corona, UIN Alauddin Makassar meliburkan mahasiswa sejak Maret 2020. Sejak saat itu, kuliah tatap muka diganti dengan perkuliahan online (daring).
Kebijakan itu menjadi pukulan tersendiri terhadap geliat ekonomi di sekitar kampus. Pasalnya, para pelaku usaha kehilangan belasan ribu mahasiswa sebagai konsumen utama selama ini.
Lalu, seperti apa pengakuan para pelaku usaha di sekitar kampus atas kondisi ini,?
- Pedagang Buah, Miftahul Jannah, 18 tahun.
Miftahul masih berusia 18 tahun, namun sudah memiliki usaha jualan buah-buahan di depan kampus.
Dia mengatakan “Sebelum Corona, omzet saya Rp 1,5 juta sampai Rp 2 juta perhari. Tapi sejak masuk Corona sampai PSBB, paling tinggi Rp 500 ribu perhari, sudah banyak mi itu,” katanya saat ditemui alanbantik, Kamis 17 September 2020.
Miftahul mengatakan, pukulan dari situasi pandemi Corona benar-benar berasa ke giat usahanya. Selama ini, tidak kurang dari 30 persen pembelinya merupakan mahasiswa.
“Karena saya kupetakan, 40 persen pembeli adalah pengendara lewat, di antaranya ada juga mahasiswa kan, terus 20 persennya lagi pekerja di sekitar sini, 10 persennya lagi dari pembeli lewat ojek online,” kata dia.
Meski demikian, perempuan ini mengaku tak patah arang. Manusia, khususnya para pelaku usaha harus cekatan dalam beradaptasi.
“Jadi biar tidak rugi, paling saya kurangi stok, tunggu keadaan normal lagi. Dan mudah-mudahan kondisi segera normal lagi,” kata dia.
- Penjual Pentolan, Mas Rusli, 35 tahun.
Mirip dengan Miftahul, Mas Rusli sebagai penjual pentolan yang kerap nonkrong di dekat pintu masuk kampus UIN Alauddin Makassar juga merasakan pukulan luar biasa bagi jualannya.
“Normalnya dulu dapat Rp 400-500 ribu sehari, sejak Corona paling tinggi sekarang Rp 200 ribu atau Rp 150 ribu, ngeri kan,” kata Mas Rusli saat ditemui terpisah.
Sebenarnya, kata Rusli, dia berharap agar kuliah mahasiswa bisa tatap muka lagi. Dia sangat berharap.
“Ya kalau ditanya saya berharapnya (kuliah) tatap muka lagi, bagaimana lagi, pembeli saya 70 persen mahasiswa,” katanya.
Namun, Mas Rusli juga mengaku bimbang. Pasalnya, dia tak bisa memperkirakan apakah mahasiswa bisa beradaptasi dengan hal-hal yang bersifat kebiasaan baru seperti rajin cuci tangan, jaga jarak, pakai masker, dan sebagainya.
“Ya kalau ditanya soal protokol kita pedagang siaplah, ini juga pakai masker jualan. Tapi tidak tahu sama mahasiswanya, mau ndag disiplin sama protokol kesehatan,?,” kata Rusli.
- Pengusaha mesin Foto Copy dan jual ATK, Evan, 40 tahun.
Evan memiliki usaha mesin foto copy di pertigaan arah kuburan Cina dan jalan poros kampus UIN Alauddin Makassar. Evan ialah salah satu pelaku usaha yang paling terpukul.
“Ya kalau saya bukan turun lagi omzetnya, tapi kami tutup. Dua bulan saya tutup awal-awal Corona,” katanya saat ditemui terpisah.
Namun Evan enggan membeberkan lebih jauh mengenai menurunnya omzet usahanya. Dia mengatakan “kalau soal itu (kerugian) biar saya sendirilah yang tahu, intinya Tuhan masih kasi hidup, sudah, itu sudah cukup,” kata dia.
Penulis Majereha