Tuntut Transparansi dan Evaluasi Pimpinan, Puluhan Mahasiswa FDK Gelar Aksi Demonstrasi

alanbantik – Mahasiswa Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN Alauddin Makassar menggelar aksi demonstrasi di halaman belakang fakultas pada Rabu, 3 Juli 2025. Aksi berlangsung sejak pukul 10.00 hingga 13.00 WITA. Sejumlah pimpinan fakultas turut hadir di lokasi aksi, termasuk Wakil Dekan I, Wakil Dekan II, dan Wakil Dekan III.
Berdasarkan pantauan langsung tim alanbantik, massa aksi datang dan langsung melakukan orasi menggunakan alat pengeras suara. Aksi berlangsung cukup intens, dengan massa yang menyuarakan tuntutan mereka secara bergantian. Petugas keamanan kampus tampak mulai memenuhi area demonstrasi, mengawasi pergerakan massa dari berbagai sisi.
Suasana dipenuhi sorak, sesekali terdengar yel-yel dan teriakan yang mengajak mahasiswa lainnya untuk bergabung. Beberapa peserta aksi sempat mencoba membakar ban bekas sebagai bentuk simbolik protes. Namun, tindakan tersebut langsung dihalau oleh petugas keamanan kampus.
Lokasi aksi dipadati oleh mahasiswa dari berbagai jurusan, sejumlah petugas keamanan, serta beberapa dosen yang terlihat mengamati jalannya aksi.
Aksi ini digelar sebagai bentuk respon mahasiswa terhadap berbagai persoalan internal fakultas, mulai dari transparansi anggaran hingga komersialisasi pendidikan, setidaknya terdapat lima tuntutan utama yang dibawa oleh massa aksi.
Lima Tuntutan Aksi
Koordinator Lapangan, Alif menyampaikan bahwa demonstrasi ini merupakan bentuk akumulasi kekecewaan mahasiswa terhadap kebijakan fakultas. Aksi demo yang ia lakukan membawa lima tuntutan.
“Ada lima tuntutan yang kami bawa hari ini,” ujar Alif saat diwawancarai oleh tim alanbantik di sela aksi 03/07/2025.
Tuntutan pertama adalah soal transparansi anggaran. Alif berpendapat jika mahasiswa menilai pihak fakultas, khususnya Wakil Dekan II, enggan menjelaskan secara rinci alokasi dana kegiatan mahasiswa.
“Mereka hanya langsung menentukan jumlah anggaran tanpa menjelaskan perinciannya. Itu memicu ketegangan, terutama di kalangan DEMA dan SEMA,” ungkapnya.
Tuntutan kedua menyangkut kinerja dan profesionalisme dosen. Masih banyaknya dosen yang memindahkan perkuliahan secara daring lebih dari empat kali tanpa kejelasan informasi ke mahasiswa.
“Kebijakan pembatasan kelas online dari pimpinan hanya berhenti di tataran pimpinan. Mahasiswa tidak pernah tahu, dan dosen seakan bebas mengatur sesuka hati,” tuturnya.
Tuntutan ketiga berkaitan dengan evaluasi pimpinan fakultas. Mahasiswa merasa tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan yang berdampak langsung kepada mereka.
“Setiap kali kami coba menghadap, tidak ada informasi jelas. Bahkan ketika ada kebijakan baru, kami baru tahu belakangan dari mulut ke mulut,” tambahnya.
Tuntutan keempat mengenai penggunaan fasilitas kampus, termasuk pemindahan ruang kelas yang dilakukan tanpa prosedur dan informasi yang jelas.
“Banyak dosen masih memindahkan kelas ke ruang yang tidak sesuai. Aturannya tidak disosialisasikan dengan baik,” kata Alif.
Tuntutan terakhir adalah penolakan terhadap komersialisasi pendidikan. Mahasiswa mengkritisi praktik dosen yang mewajibkan pembelian buku sebagai syarat mengikuti ujian.
“Kalau tidak beli buku, tidak bisa ikut final. Padahal sudah ada edaran yang melarang penjualan buku oleh dosen,” tegasnya.
Forum Diskusi dengan Pimpinan Fakultas
Setelah melakukan aksi selama tiga jam, massa aksi kemudian diarahkan ke ruang Lecture Theater (LT) untuk menggelar forum terbuka bersama pimpinan fakultas. Forum ini dihadiri oleh Dekan FDK Rasyid Masri, seluruh Wakil Dekan, Ketua Jurusan, serta Sekretaris Jurusan.
Dalam forum tersebut, pihak dekan menyatakan kesediaan untuk menerima seluruh aspirasi mahasiswa. Dekan FDK berjanji akan menindaklanjuti laporan dan memberikan sanksi terhadap dosen yang terbukti melanggar.
“Kami akan menindak tegas dosen yang terbukti melakukan pelanggaran, termasuk dalam hal pembelajaran dan pemaksaan pembelian buku,” ujar pihak dekan dalam forum.
Forum berlangsung dalam suasana tertib dan damai. Mahasiswa menyambut baik kehadiran pihak fakultas dan berharap komitmen yang telah disampaikan dapat direalisasikan.
“Harapan kami sederhana, tuntutan ini tidak berhenti di forum saja. Kami ingin ada tindakan nyata,” tutup Alif.
Penulis: Muh Faisal (Reporter)
Editor: Tim Redaksi