Pedagang di UIN Alauddin Mengaku Tak pernah Menerima Uang Palsu, Peredarannya Sebenarnya Kemana?

Source: Dokumen Istimewa
alanbantik – Beberapa kantin di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar mengaku tak pernah menemukan adanya uang palsu. Pihak kantin menduga peredaran uang palsu tersebut bukanlah di kampus saja.
Riset tim alanbantik di lapangan dengan menanyakan langsung beberapa pedagang kantin yang berada di samping perpustakaan Shek Yusuf tempat produksi uang palsu mengaku tak pernah mendapati uang tersebut.
“Tidak pernah,” ucapnya kepada tim alanbantik di lapaknya, Rabu, 18 Desember 2024.
Masih senada, seorang pedagang bernama Diana menjelaskan tak pernah menemukan hal aneh ketika berjualan. Dia menjelaskan nanti ketika kasus itu viral banyak mahasiswa yang memainkan dengan berbelanja uang palsu.
“Mahasiswa juga, tapi kita tidak tau to nak bilang mahasiswa darimana, 200 na kasihkan ka. Dibagi-bagi semua disini,” katanya.
Diana menambahkan, uang palsu tersebut hanya sebagai bentuk protes kekecewaan mahasiswa atas adanya produksi uang palsu di dalam kampus.
“Uang na fotocopy yang kemarin itu uang main-main. Bentuk protes itu, bukan uang anu (asli),” jelasnya.
Diketahui pada beberapa waktu terakhir, UIN Alauddin menjadi pembahasan setelah beberapa oknum pejabatnya terlibat dalam pencetakan uang palsu. Kapolres Gowa AKBP Ronald TS Simanjuntak menjelaskan ada 15 tersangka yang telah ditangkap, dua diantaranya merupakan pejabat kampus.
“Saat ini kami sudah mengamankan 15 tersangka, (sementara) 9 sudah kita lakukan penahanan. 5 (tersangka) dalam perjalanan dari Mamuju, 1 dalam perjalanan dari Wajo,” ungkap Rheonald dikutip dari terbitan detiksulsel.
WR 3 Membenarkan Adanya Oknum Pejabat Kampus yang Terlibat
Mengutip kembali dari detiksulsel, Wakil Rektor III, Muhammad Halifah Mustamin membenarkan keterlibatan oknum kampus dalam sindikat uang palsu yakni kepala Perpustakaan Sekh Yusuf Andi Ibrahim dan staf honorer di UIN Alauddin Makassar. Ia memastikan Andi Ibrahim sudah dinonaktifkan dari jabatannya.
Warek III juga memastikan pihak kampus akan membantu dan menyerahkan sepenuhnya proses tersebut kepada pihak yang berwenang.
“Ranah uang palsu kan sekarang sudah ditangani polisi, jadi kami pihak kampus yah menunggu bagaimana mekanisme yang ada di kepolisian berjalan. Kita tidak bisa mencampuri itu,” jelasnya pada aksi demonstrasi, Senin, 16 Desember 2024.
Muhammad Halifah Mustamin menegaskan bahwa terkait dengan isu pemalsuan uang, pihak kampus tidak memiliki keterlibatan. Mereka yang terlibat sepenuhnya adalah oknum.
“Terkait dengan isu yang viral dimana-mana itu tidak menjadi bagian kebijakan daripada pimpinan seluruh dinamika UIN Alauddin,” lanjutnya.
Pelaku Dari Luar Daerah, Seperti Mamuju dan Wajo
Tim Unit Kejahatan dan Kekerasan Satuan Reserse Kriminal Kepolisian Resor Gowa bekerja sama dengan Kepolisian Resor Kota Mamuju berhasil meringkus 7 orang diduga pelaku di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat. Ketujuh tersangka tiba di Polres Gowa pada selasa, 17 Desember 2024 untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Melansir dari Tribun Timur.com, Ipda Herman Basir, Kasi Humas Polresta mamuju mengungkapkan ada dua Aparatur Sipil Negara (ASN) terlibat. Masing-masing berinisial TA (52) dan MMB (40). Keduanya terbukti aktif mengedarkan uang palsu di wilayah Gowa, mamuju, dan Wajo.
“Kami berhasil mengungkap bahwa uang palsu ini sudah dibagikan ke beberapa daerah, seperti Wajo, dan ini memperlihatkan jaringan yang lebih luas,” ungkap Herman, Selasa 18 Desember 2024.
Selama beroprasi, pelaku telah mencetak uang palsu sebanyak 2 miliar. Sebanyak 446 juta ditemukan di lokasi percetakan. Berdasarkan pengakuan TA, ia menukar uang Rp10 Juta dengan imbalan uang palsu senilai Rp20 Juta. Uang palsu tersebut kemudian dibagikan kepada rekannya MMB dan WY yang kini juga berstatus tersangka.
Hingga kini pihak kepolisian terus melakukan upaya penyelidikan hingga seluruh pihak yang terlibat dalam sindikat pemalsuan uang ini terungkap.
Penulis: Nirwana Ulfah (Pemimpin Redaksi)