Luka di Empat September
Padahal baru saja
Kemarin akan berganti esok
Namun waktu seolah tersumbat dalam lajunya
Nafasku seolah tertimbun lumpur
Kembali kurajut sisa-sisa harap
Bersama sajak
Yang kusebut dengan puisi-puisi gelap
Kadang pula kusebut dengan rindu
Namun definisi rindu bagiku
Tak selamanya menyenangkan
Rindu ini kunamakan dengan
Rindu yang tak berujung temu
Beberapa baitpun mungkin
Terdengar sengau saat didendangkan
Tak seperti biasanya
Bumi beku, sepi dan renta
Barisan ketegaran mulai rapuh
Semakin dalam bersama ranjau
Yang terkubur dalam hati
Dalam lamunanku
Teringat jelas
Kemarin, kumis tipis yang terhias
Diantara mulut dan hidung
Masih menyentuh pipiku
Yang seringkali membuatku tertawa geli
Namun Kini,
Tak lagi bisa kupandangi
Dan kureguk nikmat itu
Aku, mereka dan dirinya
Telah terpisah oleh ruang dan waktu
Andaikan
Bulan adalah rasa intimku dengannya
Aku tak tahu lagi bagaimana
Menghadirkan kembali bulan itu
Satu-satunya bulan yang bersinar kemarin
Kini telah ditelan gerhana yang berkepanjangan
Entahlah
Sampai saat ini aku masih bertanya-tanya
Dalam bisikan hati kecilku
Mengapa hujan tiba pada waktu yang tidak tepat?
Aku tak tahu ini apa
Aku hanya merasakan rasa memilikiku
Kini terusik diempat september
Penulis : Sulastri