Masjid Sultan Agung Alauddin Berpotensi Sebagai Simbol Peradaban

Ilustrasi Masjid Baru Bernama Sultan Agung Alauddin yang Dicanangkan Menjadi Ikon Kampus Peradaban, UIN Alauddin Makassar.
alanbantik- Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar sedang dalam proses pembangunan masjid besar kedua yang diberi nama Masjid Sultan Agung Alauddin.
Dikutip dari website resmi UIN Alauddin, mesjid ini mulai dibangun pada tahun 2014 yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Rektor saat itu, Qadir Gassing.
Sebelum pembangunan masjid ini selesai, di tahun 2021, Rektor UIN Alauddin Makassar, Hamdan Juhannis melalui Surat Penyampaian nomor B-/179/Un.06/Kp.01.2/06/202 pada Rabu 09 Juni 2021 meresmikan Masjid ini, kemudian mulai difungsikan untuk beribadah.
Salah seorang Dosen UIN Alauddin Makassar Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, Fajar menilai meski pembangunan Masjid Sultan Agung Alauddin ini belum selesai dan pengoperasiannya yang belum optimal, namun masjid Sultan Agung Alauddin telah menarik perhatian dan digadang-gadang menjadi ikon kampus.
“Selama ini kita dengar, Masjid Sultan Agung Alauddin merupakan ikon dari UIN Alauddin sebagai kampus yang berperadaban,” kata Fajar saat di wawancara tim alanbantik via WhatsApp, 15 Oktober 2021.
Lebih lanjut, Fajar mengungkapkan bahwa tampilan Masjid ini diharapkan dapat menjadi gambaran dari keadaan sumber daya di sekelilingnya.
“Sejak bulan Juni 2021 kemarin saat diresmikan, Masjid Sultan Agung Alauddin sudah menjadi pusat shalat Jumat civitas akademik UIN Alauddin. Insyaallah, Masjid Sultan Agung Alauddin semoga tampilannya yang megah juga menggambarkan keadaan sumber daya disekelilingnya,” tambahnya.
Adanya Masjid Sultan Agung ini akan menambah eksistensi kampus yang sering dikenal sebagai kampus peradaban. Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi, Iftitah Djafar juga mengungkapkan bahwa Masjid Sultan Agung ini berpotensi menjadi icon kampus.
“Memang harus banyak icon nya (di UIN) dan icon saya kira memang masih kurang ya, dan masjid ini berpotensi. Saya kira di jadikan ikon baru yang pertama secara fisik karena tingkatan pembenahan dari segi aksesorisnya, kegiatan dalam masjid, manajemen masjid dan keindahannya juga,” ungkap Iftitah Djafar, saat ditemui tim alanbantik di kediamannya, 12 Oktober 2021.
Respon Pengelola Masjid Amir Saud
Seperti yang telah diketahui, sebelum Masjid Sultan Agung Alauddin diresmikan, ruang lingkup UIN Alauddin Makassar baik civitas akademik maupun mahasiswa beribadah di Masjid Amir Saud Bin Fand yang terletak di depan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.
Menanggapi adanya dua Masjid besar yang saling berdekatan di lingkup UIN Alauddin Makassar, pengurus Masjid Amir Saud Bin Fand yang juga merupakan mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab, La Ode Sri Asrudin menilai bahwa adanya dua masjid tersebut bukanlah masalah, namun merupakan solusi yang memudahkan dalam beribadah.
“Kalau saya sendiri tidak jadi masalah kalau dibangun masjid. Seperti alasan saya pertama tadi, kalau ada masjid beberapa bisa memudahkan mahasiswa. Misalnya pada saat kondisi-kondisi tertentu, mungkin saat buru-buru, hujan, bisa memilih tempat shalat yang lebih dekat,” kata La Ode, saat ditemui tim alanbantik, Selasa, 12 Oktober 2021.
Lebih lanjut, La Ode juga menjelaskan bahwa Masjid Amir Saud bin Fand ini hanya di fokuskan untuk ibadah shalat 5 waktu saja. Sedangkan untuk pelaksanaan shalat Jumat dialihkan ke Masjid Agung Sultan Alauddin. Hal ini sesuai dengan surat penyampaian rektor nomor B-/179/Un.06/Kp.01.2/06/202
“Pertama kali mau difungsikan itu masjid, ada penyampaiannya rektor, shalat Jumat di fokuskan ke depan saja,” tutupnya.
Reporter:
Nurhaslinda, Delfi Sari (Reporter Magang)
Editor:
Tim Redaksi