Ragam Problema di Perpustakaan UIN Alauddin Makassar
alanbantik- Sejumlah pemustaka menyoroti kelengkapan koleksi buku di Perpustakaan Syekh Yusuf Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar. Tatanan buku yang tidak rapi, kualitas pelayanan dan berbagai bentuk fasilitas perpustakaan lainnya juga menjadi soal lain yang dikeluhkan.
Seorang pemustaka bernama Nurul Amalia mengatakan, tidak lengkapnya koleksi buku tersebut membuatnya mencari buku di luar kampus yang notabenenya membutuhkan lebih banyak waktu.
“Karena untuk tugas akhir kemarin banyak materi tidak saya temukan di perpustakaan UIN, jadi ke perpustakaan umum, alhamdulillah lebih banyak,” katanya kepada tim alanbantik, Senin, 4 Oktober 2021 via WhatsApp.
Senada dengan Nurul, seorang mahasiswi Ilmu Komunikasi, Widya Reski Ananda juga mengaku lebih sering ke perpustakaan daerah dibanding perpustakaan kampus.
“Karena Perpus di luar lebih nyaman ki apa lagi baru sudah direnovasi, banyak buku-buku baru juga di sana,” ujar Widya saat ditemui terpisah pada Minggu, 3 Oktober 2021.
Pengelompokan Buku Kacau-balau, ‘Buku Jurnalistik Ditemukan di Bagian Kedokteran’
Selain karena tidak lengkap, pemustaka juga menyoroti klasifikasi buku di Perpustakaan kampus yang kacau-balau.
“Karena di sana susunan bukunya astaga ya Allah tercampur-campur, kadang cari buku Jurnalistik tapi dapatnya di bagian buku Kedokteran, susah kan,” terang Nurmayanti, Senin, 4 Oktober 2021.
Ia melanjutkan bahwa saat mencari buku di komputer perpustakaan, buku yang dicari tersedia namun setelah dicek ternyata tak di temukan.
Meski begitu, pengalaman yang sedikit lebih baik dialami Mahasiswa pendidikan Bahasa Arab, Andi Mutmainnah. Dia mengaku bahwa koleksi buku yang ada di Perpustakaan UIN Alauddin Makassar sudah lumayan lengkap.
“Selama ini sih alhamdulillah tersedia ji, atau ada buku yang kucari itu hampir sama ji yang persis, yang ku maksud isinya toh adaji lah terpenuhi,” katanya.
Grade Perpustakaan Kampus Mesti Naik Level
Seorang mahasiswa Ilmu Perpustakaan, Trisna Damayanti mengatakan, perpustakaan UIN Alauddin Makassar, memang harus naik level dari segala indikator, termasuk dari segi pelayanan.
“Pelayanannya menurut saya kurang karena masih ada pustakawan yang tidak ramah kepada pemustaka,” kata Trisna kepada tim alanbantik, Selasa, 5 Oktober 2021.
Mahasiswi yang juga menjabat Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Ilmu Perpustakaan (HIMAJIP) itu menjelaskan, pustakawan harus ramah karena perpustakaan adalah lembaga yang bergerak di bidang jasa yang mana pelayanan menjadi hal sangat penting.
“Bagi masyarakat awam pustakawan yang tidak ramah akan memberikan dampak kepada perpustakaan itu sendiri, di mana masyarakat akan memberikan persepsi umum bahwa pustakawan atau seorang penjaga perpustakaan itu galak,” lanjutnya.
Ia juga mengungkapkan, perpustakaan di kampus harusnya lebih mengupgrade koleksi buku yang disajikan kepada pemustaka.
“Koleksi buku perpustakaan semestinya mengikuti perkembangan keilmuan, buku-buku yang ada jangan sampai ketinggalan zaman,” katanya.
“Meskipun masih banyak buku-buku lama di perpustakaan yang sesuai akan kebutuhan mahasiswa saat ini. Akan tetapi ilmu setiap masa ada perkembangan,” tutup Trisna.
Tanggapan Kepala UPT Perpustakaan
Kepala UPT Perpustakaan Syekh Yusuf UIN Alauddin Makassar, Hildawati turut buka suara mengenai sejumlah keluhan yang ada. Dia lantas mengaku bahwa untuk menutupi kekurangan koleksi buku, sekarang telah tersedia ebook yang dapat diakses seluruh mahasiswa.
“Itulah yang dilayangkan sejak Pandemi sampai sekarang. Jadi pakai itu (ebook) tanpa harus ke sini. Itu lengkap itu lumayan. Sampai ribuan judul,” kata Hildawati, Rabu, 6 Oktober 2021.
Sejak menjadi Kepala Perpustakaan, lanjut Hildawati, memang tidak ada penambahan buku, yakni sejak 2020. Dia lalu mengklaim akan melakukan survei terkait keperluan dan keluhan apa saja yang ada.
“Kita lempar ke mahasiswa, kita lempar ke dosen-dosen. Apa-apa masukannya. Nanti akan di cek di perpustakaan apakah ini sudah ada atau belum,” katanya.
Sebagai contoh konkret, perpustakaan juga sudah menyediakan link pada website perpustakaan sebagai tempat mengusulkan buku apa saja yang harus diadakan di perpustakaan. Meski demikian, pengadaan tersebut memiliki berbagai pertimbangan.
“Mengadakan buku itu tergantung dengan prodi yang ada. Taroh lah yah, ada permintaan ini, akan tetapi kita lihat dulu, prodi ini masih ada belum terpenuhi itu dulu yang lebih diprioritaskan,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa rencana pengadaan tidak hanya difokuskan pada buku cetak saja. “Karena kan banyak mahasiswa di luar juga. Tentunya yah digital toh karena banyak dari luar pulau. Yang memang ndak mesti ke sini,” tambah Hildawati.
Hildawati juga mengatakan akan melakukan koordinasi dengan perpustakaan fakultas. “Supaya kita tahu berapa persediannya di Fakultas dan persediaan kita di sini berapa. Sekarang itu yang mau dikordinasikan,” kata dia.
Hildawati mengungkapkan bahwa dulu, pernah disediakan fasilitas peminjaman buku tanpa harus ada petugas, begitu juga saat pengembalian. Namun kini fasilitas itu telah rusak dan tidak ada pemeliharaan.
“Kita bisa pinjam sendiri kembali sendiri. Dulu pernah ada disiapkan, tapi ndak tau seiring berjalannya waktu rusak dan tidak ada pemeliharaan,” ungkapnya.
Penulis:
Feni Melinda, Alya Warda, Andryan Gaffar (Reporter Magang)
Editor:
Tim Redaksi