UIN Alauddin Kampus Asri di Atas Rumput Kering
Slogan kampus asri menjadi hal yang pertama di gaungkan oleh rektor UIN Alauddin Makassar penulis buku Melawan Takdir yakni Hamdan Juhannis pada tahun 2019, yang saat ini asik menjelma menjadi pembuat takdir untuk beberapa teman mahasiswa yang sedang memperjuangkan aspirasinya terkait kebebasan berekspresi.
Pernahkan teman-teman berpikir asri yang dimaksud seperti apa? Apakah dengan banyaknya pohon? Hijaunya rumput di lapangan? Ataukah bangunan yang berwarna hijau? atau apa?
Hal tersebut menjadi pertanyaan besar di benak beberapa orang. Lembaga pers kampus alanbantik.com pernah melakukan riset terkait hal tersebut. Pada pemberitaan itu ketua tim kampus asri, Supardin memberi tanggapan bahwa kriteria kampus asri terdiri dari kebersihan, kerapian, ketertiban dan keamanan.
Pertanyaannya apakah UIN Alauddin telah bersih? Apakah telah rapi? Apakah telah tertib? Dan apakah keamanan sudah begitu baik? Penulis yang merupakan mahasiswa 2017 dan telah menjalani perkulihaan pas 7 tahun mencoba membedah visi misi tersebut dengan pengalaman yang pernah di laluinya di kampus tersayang UIN Alauddin Makassar, dengan cara yang sangat beradap yakni menyampaikan lewat tulisan, sesuai keinginan sang penulis buku Melawan Takdir.
Penulis mengakui, bahwa kondisi kampus saat ini rindang dengan banyaknya pohon, aspal yang terbilang mulus dan difungsikannya dengan baik beberapa bangunan yang sempat terbengkalai. Tetapi tidak dengan keamanan, setidaknya di masa kepemimpinan Hamdan Juhannis, telah terjadi beberapa kasus pencurian motor di kampus, kasus internal seperti pelecahan dan yang sempat begitu viral yakni kasus sodomi yang dilakukan staf kepada 10 mahasiswa.
Belum lagi kasus yang masih begitu panas yakni adanya SE No 259 tentang ketentuan penyampaian aspirasi mahasiswa lingkup UIN Alauddin Makassar, yang cacat dan membatasi ruang gerak mahasiswa dalam menyampaikan aspirasi dan ekspresinya. Parahnya mahasiswa yang sempat melakukan penolakan tersebut dibalas dengan telapak tangan dan ujung sepatu oleh pihak yang semestinya mengamankan jalannya aspirasi tersebut, tak cuma itu 27 mahasiswa yang rela mongorbankan diri dalam demostrasi malahan mendapat lampu merah berupa surat skorsing dari pihak kampus.
Kampus asri UIN Alauddin Makassar yang semestinya menghadirkan nuansa keislaman dan maindset ekologis lahir pada setiap pemikiran mahasiswa nampaknya semakin jauh, yang terbangun hanya ketakutan dan kewaspadaan.
UIN Alauddin Makassar merupakan kampus asri yang berdiri di atas rumput yang kering, merupakan kalimat yang tepat diberikan di masa kepemimpinan Hamdan Juhannis. Bagaimana tidak, ambisi membangun personal branding kampus asri menjadi momok yang menakutkan di hadapan mahasiswa, setiap yang mencoba melampiaskan ekspresinya akan menjadi hangus dan terbakar oleh rumput kering itu.
Akhir kata untuk kampus tercinta, mereka yang melibatkan diri dalam demonstrasi bukanlah kaum pembenci yang harus dibakar dengan bahan rumput kering bernama skorsing, mereka hanya bermasalah dengan kebijakan dan takdir yang kalian buat. Sekiranya sejarah mencatat mereka sebagai pembawa lilin di UIN Alauddin Makassar.
Kampus tersayang, mari cuci muka biar terlihat segar kembali.
Penulis: Ahmad Al Qadri