PPL di Rumah Saja Buah Pandemi Corona, Bagaimana Rasanya,?
alanbantik- Pandemi Corona (COVID-19) di 2020 memicu pergeseran kebiasaan sebagai buah adaptasi manusia dalam menjalankan aktivitasnya. Di dunia kampus pun demikian, mulai dari kuliah daring, KKN di kampung, dan kini ada juga PPL di rumah.
Konsep PPL di rumah ini kini berlaku di jurusan Jurnalistik UIN Alauddin Makassar. Lalu, apa itu PPL di rumah,?
“PPL di rumah ialah salah satu model PPL work from home (WFH), artinya, melakukan pelatihan dari rumah,” kata seorang mahasiwi Jurnalistik, Sulastri, kepada alanbantik, Selasa 15 September 2020.
PPL ala WFH ini memiliki konsep berbeda-beda, maksudnya, mahasiswa diberi 2 opsi pelatihan, yaitu penulisan kreatif jenis fiksi dan non fiksi. Kemudian, mahasiswa akan dibimbing oleh pembimbing yang telah disediakan oleh pihak kampus.
“Tergantung dari minat dan bakat mahasiswa seperti kelas penulisan kreatif di antaranya puisi, cerpen, opini dan lainya. Sedangkan non kreatif seperti karya-karya dibidang jurnalistik,” kata Sulastri.
PPL di rumah memang dianggap bisa jadi pilihan yang baik, terutama karena syarat-syaratnya yang simpel. Tetapi, apakah PPL ala WFH ini sudah efektif,?
“Menurut saya bisa dibilang cukup efektif, karena walaupun PPL model work from home tetapi kita bisa lebih fokus mengembangkan ide-ide, juga deadline yang cukup untuk penulisan karya seperti puisi,” katanya.
Sementara itu, seorang mahasiswi lainnya, Putri Ande, dia menganggap PPL di rumah sangat menyenangkan. Tidak perlu khwatir dengan virus Corona.
“Ini cukup menyenangkan. Saat karya saya dikoreksi mentor, saya jadi bersemangat memperbaiki tulisan saya dan meningkatkan kemampuan menulis puisi saya. Selain itu PPL dari rumah jauh lebih santai,” kata Putri Ande saat dimintai konfirmasi terpisah.
Putri menganggap PPL di rumah bukan sekadar solusi karena situasi pandemi, dia mengaku PPL di rumah memberi jawaban lebih pada ketertarikannya akan penulisan karya fiksi. Pasalnya, pada tahun-tahun sebelumnya, opsi PPL hanya di media massa yang arahnya hanya pada karya non fiksi alias hanya pada produk jurnalistik.
“Kami di kluster fiksi setiap minggunya menyetor dua karya di GC masing-masing, 2 karya untuk puisi, cerpen dan opini yang di setor setiap hari Kamis. Kemudian mentor kami mengirim koreksi di GC setelah dikoreksi oleh mentor kemudian kami melakukakn revisi pada karya kami trus di kirim kembali ke GC,” kata Putri.
“Nah, setelah mentor bilang karya siap dipublikasikan maka kami akan menghubungi media utuk mem-publish karya kami,” katanya.
Sudah tahu kan rasanya PPL di rumah saja,?
Penulis Majereha