Mengenal Gerhana Matahari Hibrida
alanbantik – Fenomena gerhana matahari hibrida kembali terjadi, kali ini di penghujung Ramadhan pada Kamis, 20 April 2023 bertepatan 29 Ramadan 1444 H, fenomena langka tersebut kembali muncul dan dapat dilihat di sebagian wilayah di Indonesia. Fenomena ini secara sederhana dapat dijelaskan sebagai gerhana matahari dalam jalurnya mengalami dua fase yaitu fase cincin dan fase total.
Gerhana matahari hibrida termasuk dalam fenomena langka, karena terjadi dalam kurun waktu yang lama pada wilayah yang sama, berbeda dengan gerhana matahari biasa yang terjadi setidaknya satu kali dalam setahun.
Dilansir dari kompas.com sebelum tahun 2023 gerhana matahari jenis ini terakhir kali terjadi 10 tahun lalu, pada 3 November 2013, dan setelah hari ini diperkirakan akan kembali terjadi pada November 2031 di beberapa wilayah bagian Amerika Serikat dan sekitarnya.
Bagaimana Proses Terjadinya Gerhana Matahari Hibrida?
Gerhana terjadi saat bulan berada di antara matahari dan bumi. Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan gerhana matahari hibrida terjadi dalam satu waktu sekaligus di mana mengalami gerhana matahari total dan gerhana matahari cincin.
Pada saat bulan lebih dekat ke bumi, piringan bulan akan menutupi seluruh piringan matahari yang ukurannya lebih besar namun lebih jauh dari bumi sehingga bayangan bulan (umbra) akan jatuh ke permukaan bumi. Inilah yang disebut gerhana matahari total.
Pada saat bulan berada di titik terjauh dari bumi, maka permukaan matahari tidak tertutup seluruhnya, menyisakan bagian luar yang menyerupai cincin.
Dikutip dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) RI, gerhana matahari hibrida di wilayah Makassar terjadi dalam durasi 3 jam 4 menit. Dimulai dengan awal sebagian pukul 10.41 WITA, puncak gerhana pukul 12.12 WITA, kemudian berakhir pada 13.45 WITA.
Penulis: Antik Puspita Sari (Reporter)
Editor: Tim Redaksi