Jurnalis Bukanlah Pilihan!
Dunia saat ini tidak lagi susah untuk dijangkau dengan keberadaan jurnalis yang senantiasa menyebarluaskan informasi kepada masyarakat dunia. Luasnya dunia tidak lagi menjadi penghalang untuk tahu peristiwa-peristiwa yang terjadi. Dalam hitungan menit, kita dapat mengetahui peristiwa yang terjadi di beberapa negara secara bersamaan. Sebuah kemudahan yang memang menjadi bukti majunya peradaban saat ini. Bukan tanpa alasan kenapa jurusan atau program studi Jurnalistik terus berkembag di dunia pendidikan.
Dengan berkembangnya ilmu jurnalistik di dunia pendidikan tentunya akan memberikan dampak kinerja para jurnalis yang diserap dari para alumni-alumni jurusan atau program studi jurnalistik. Tidak kaget akan praktik tetapi juga memiliki kemampuan yang fasih secara teori sehingga tidak ‘kaget’ jika menemui masalah-masalah di lapangan ketika melakukan peliputan berita. Para alumni jurusan atau program studi jurnalistik tentu telah siap kerja karena telah dibekali dengan teori dan praktik yang mempuni untuk bekerja di bidang tersebut.
Perkembangan dunia jurnalistik tentu tidak terlepas dari masalah-masalah yang dihadapkan ketika bekerja. Apalagi bekerja sebagai jurnalis memilki risiko yang tinggi dan menguras tenaga dan pikiran. Inovasi dan kreativitas juga ditekankan untuk dilakukan oleh para jurnalis agar media yang menaungi tetap bertahan dan berkembang di tengah persaingan dengan competitor lainnya. Ya, memang tidak dapat dipungkiri kalau media juga perlu ‘dihidupi’ dengan menyajikan informasi kepada khalayak yang lebih menarik dibanding media lainnya.
Tujuan utama jurnalis adalah menyampaikan berita secara aktual dan faktual kepada khalayak luas sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran pada tatanan masyarakat. Sebagaimana kita ketahui bahwa informasi saat ini menjadi salah satu kebutuhan pokok masyarakat. Menjadi jurnalis tentu harus independen dan menyebarluaskan berita yang benar. Pekerjaan jurnalis memang sejalan dengan dakwah yang menyebarluaskan kebenaran untuk mengajak orang-orang berada di jalan kebajikan dan mencegah kemungkaran. Ketika mengkombinasikan hal tersebut, maka tersebarlah sebuah informasi yang diperoleh dan disebar jurnalis sesuai dengan nilai-nilai keislaman.
Dalam literatur jurnalistik, Islami masuk dalam jenis Crusade Journalism, yaitu jurnalistik yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, yakni nilai-nilai Islam. Jurnalistik Islami mengemban misi amar ma’ruf nahi mungkar seperti yang tertuang dalam QS Ali Imran; 104 (Romli, 2003: 33). Hal utama yang diperlukan seorang jurnalis adalah kejujuran sehingga berita yang disebar dapat dipertanggung jawabkan. Kejujuran dalam mengumpulkan data, mengola dan menyajikan berita, sehingga jurnalis harus memahami tentang etika dalam jurnalistik.
Seorang jurnalis yang melebih-lebihkan sebuah berita dengan maksud untuk membuat berita itu lebih heboh dan sensasional merupakan pelanggaran etis. Jurnalis yang dengan mudah tergoda untuk memperuncing fakta-fakta dengan menghilangkan sebahagian berita, menfokuskan suatu detail yang kecil tetapi menyentil, atau dengan memancing kutipan-kutipan yang provokatif, yang tujuannya bukanlah untuk mengatakan suatu kebenaran melainkan untuk menarik perhatian (Rivers dan Mathews, 1994: 60). Memang tidak mudah bekerja sebagai jurnalis karena banyaknya tekanan dari luar yang dapat memengaruhi profesionalitas dalam bekerja. Namun perlu ditekankan bahwa profesi jurnalis adalah profesi mulia yang memberikan pencerahan kepada masyarakat luas. Dapat dikatan bahwa jurnalis juga adalah seorang pendakwah yang harus menyebarkan berita-berita yang benar, menggembirakan dan memengaruhi masyarakat untuk berbuat baik serta terhindar dari kemungkaran.
Itu mengapa sebenarnya jurnalis itu bukanlah pilihan tetapi sebuah kewajiban. Apalagi saat ini ada istilah jurnalisme warga atau citizen journalism. Jurnalisme warga merupakan jurnalisme orang biasa. Tanpa memandang latar belakang pendidikan dan keahliannya, seseorang dapat merencanakan, menggali, mengolah dan mempresentasikan informasi berupa tulisan, gambar, foto, laporan lisan, video dan lainnya dalam CJ (Yudhapramesti, 2007: 35). Dengan begitu semakin memberikan wajib menjadi seorang jurnalis dengan motif menyampaikan berita benar, menggembirakan serta mengajak orang-orang ke jalan yang benar tanpa harus mengintervensi.
Oleh karena itu, memang para insan calon jurnalis yang mengemban ilmu jurnalis di dunia pendidikan secara formal perlu dibekali sifat-sifat yang dimiliki oleh Rasulullah SAW, yaitu Shiddiq, Amanah, Fatanah, dan Tabligh sehingga bekerja sesuai dengan koridor yang ideal dan profesional dalam bekerja. Mulialah dengan menyebar kebenaran, materi tidak berumur panjang dengan sebuah kebohongan.
Oleh: Qudratullah, S.Sos., M.Sos. Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam IAIN Bone