Rocky Gerung Kecam Tindakan Rektor UIN Alauddin, Dinilai Gagal Pahami Arti Sivitas Akademika
alanbantik- Akademisi ternama, Rocky Gerung tidak segan melontarkan kritik pedas dan mengecam tindakan Rektor UIN Alauddin Makassar dalam dialog kebangsaan ‘Pemuda, Ide dan Aksi’ yang digelar pada tanggal 29 Agustus 2024 di Gedung Ammangngappa. Menurut filsuf tersebut, rektor gagal memahami esensi sivitas akademika dalam tindakan-tindakannya.
Acara yang digagas oleh Presiden BEM FH-UMI dan Formatur Ketua HMI KOM HUKUM UMI ini menghadirkan sejumlah tokoh penting, termasuk Presiden BEM UNM Hasrul dan moderator Mustagfir Sabry. Namun, sorotan utama tertuju pada respon Rocky Gerung terkait permasalahan yang sedang dihadapi mahasiswa UIN Alauddin Makassar.
Tanggapan Rocky Gerung
Dengan tegas, Rocky Gerung menyatakan bahwa tindakan rektor tersebut sangatlah keliru dan bertentangan dengan prinsip-prinsip akademik.
“Di dalam modus kritisisme yang sama dia di Skors, apa bedanya Pak Sultan dengan mahasiswa. Dua-duanya sivitas akademika semua sivitas akademika punya hak yang sama hak akademis yang sama untuk mengucapkan pikiran, itu dasarnya. Jadi Rektornya gak tau apa yang disebut Sivitas Akademika,” tegas Rocky 29 Agustus 2024.
Lebih lanjut, Rocky Gerung menjelaskan bahwa kampus seharusnya menjadi ruang bagi berkembangnya pemikiran kritis.
“Akademika artinya berpikir, Civitas artinya menghidupkan pikiran itu namanya Civitas Akademika. Jadi itu Rektor itu justru dia membatasi akan kader dia sendiri dengan menskorsing mahasiswa kan tolol rektornya,” ujarnya dengan nada sarkasme.
Akademisi yang dikenal vokal ini juga mempertanyakan logika di balik tindakan skorsing tersebut.
“Coba anda ambil logika paling radikal dia skors semua mahasiswa terus dia mau bincang-bincang dengan siapa? sebagai rektor nilainya apa kalau gak ada mahasiswa rektor disebut rektor karena ada mahasiswa itu ontologinya begitu,” tegasnya.
Rocky Gerung juga menyoroti pentingnya peran rektor dalam mendorong tumbuh kembangnya pemikiran kritis di kalangan mahasiswa.
“Mimbar akademisi itu mimbar semua orang di dalam kampus yang punya dalil bukan mimbar profesor bukan mimbar rektor karna itu disebut mimbar akademisi semua di ucapkan dengan kekuatan argumen kalau dia punya sentimen artinya dia nggak mampu memakai argumen,” paparnya.
Tanggapan Presiden BEM UNM
Senada dengan Rocky Gerung, Presiden BEM UNM Hasrul juga menyayangkan tindakan rektor UIN Alauddin Makassar. Menurutnya, tindakan tersebut sangat mencederai nilai-nilai demokrasi yang seharusnya dijunjung tinggi di lingkungan kampus.
“Ini tentu sangat mencederai nilai demokrasi yang seharusnya justru dipelihara oleh kampus yang wilayahnya akademisi,” ujarnya pada Kamis, 29 Agustus 2024.
Hasrul juga menyoroti pentingnya peran kampus dalam mencetak pemimpin masa depan.
“sebagaimana yang sering dikatakan oleh bung Rocky bahwa seharusnya kampus seterusnya para calon-calon pemimpin itu pertama kali dalam ruang-ruang akademisi dalam hal ini adalah wilayah-wilayah kampus bukan malah justru membuat kampus ini terlihat kaku dengan hal-hal yang bersifat politik,” tambahnya.
Tanggapan Sekjen DEMA UIN Alauddin Makassar
Menanggapi pernyataan Rocky Gerung dan Hasrul, Sekjen DEMA UIN Alauddin Makassar menegaskan bahwa tindakan rektorat telah keluar dari koridor akademik.
“Itu kan sudah sebenarnya sudah mendefinisikan bagaimana institusi pendidikan itu bekerja dalam artian tradisi intelektual itu seharusnya tidak dibatasi sama halnya di ruang lingkup UIN Alauddin Makassar,” tegasnya saat ditemui tim alanbantik 29 Agustus 2024
Ia berharap agar pihak rektorat dapat membuka ruang demokrasi dan kebebasan berekspresi di kampus.
“Harapannya tetap sama wujudkan ruang demokrasi dan kebebasan berekspresi di UIN Alauddin Makassar cabut Surat Edaran cabut SK Skorsing pulihkan status mahasiswa,” pungkasnya.
Penulis: Rissa Siana Bakri (Reporter Magang)
Editor: Tim Redaksi